Sunday, May 13, 2012

Bunyi dan Derajat Gangguan Dengar

بسم الله الرحمن الرحيم
*dari skripsi saya bagian THT-KL FK Unpad    
    Bunyi atau sound (suara) adalah bentuk gelombang energi yang timbul akibat adanya getaran partikel-partikel yang saling beradu. Dalam perambatannya, bunyi memerlukan media sehingga dapat menimbulkan sensasi dengar.
        Intensitas bunyi terendah yang masih terdengar oleh telinga pada setiap frekuensi disebut ambang dengar (treshold hearing level). Ambang dengar ini dibandingkan dengan garis 0 yang merupakan ambang dengar rata-rata dewasa muda dengan pendengaran normal.
        Frekuensi adalah jumlah perputaran partikel per detik (cycle per second). Satuan frekuensi adalah Hertz (Hz). Frekuensi menentukan tinggi dan rendahnya nada (pitch). Frekuensi yang dapat didengar manusia adalah antara 18 Hz-20.000 Hz, sedangkan yang umumnya diukur pada pemeriksaan audiometri antara 250 Hz sampai 8000 Hz. Frekuensi bicara terdapat pada rentang 500 sampai 2000 Hz.
        Intensitas adalah jumlah energi suara terhadap suatu media per satuan waktu. Intensitas menentukan keras dan lemahnya bunyi (loudness). Satuan intensitas dapat dinyatakan dengan dyne/cm2 (mikrobar/µb). Batas pendengaran manusia adalah antara 0,0002 sampai 200 µb. Intensitas bunyi lebih umum dinyatakan dalam satuan desibel (dB). Ambang pendengaran manusia pada 1000 Hz sama dengan 0,0002µb dan sesuai dengan 0 (nol) dB.
        Pada frekuensi 500, 1000, dan 2000 Hz, nilai ambang dengar dirata-ratakan yang disebut dengan pure tone average (PTA). Ketiga frekuensi tersebut adalah rentang frekuensi percakapan sehari-hari. Dengan mengetahui rata-rata intensitas pendengaran pada ketiga nada bicara ini maka dapat diketahui pula seberapa besar ketidakmampuan pendengaran penderita dalam kehidupan sosialnya di masyarakat.

Tabel  Klasifikasi Derajat Gangguan Dengar Menurut International Standard Organization (ISO)
Derajat Pendengaran
Gangguan Pendengaran
Normal
0 sampai 25 dB
Gangguan dengar ringan
26 sampai 40 dB
Gangguan dengar sedang
41 sampai 60 dB
Gangguan dengar berat
61 sampai 90 dB
Tuli sangat berat
Lebih dari 90 dB

      Pada Tabel dapat diketahui derajat gangguan pendengaran mulai dari normal sampai tuli sangat berat. Pembuatan klasifikasi derajat gangguan tersebut berdasarkan PTA.

Tuesday, May 8, 2012

Kangen FULDFK

بسم الله الرحمن الرحيم
Kangen parah sama FULDFK. Dulu semangat ini meletup ingin bertemu wajah-wajah luar biasa. Terlalu sering rapat via chatting karena terpisah jarak memberi sensasi berbeda sewaktu bertemu (kan? kan?). Sekarang sama saja. Saya perlu melihat mereka, bersalam-salaman hangat, cupika-cupiki, tertawa, bertegur sapa sampai berbagi asa dan rahasia. Saya perlu tertular aura itu lagi. Aaaaaaaa...

Markija, mari kita bekerja, menabung untuk menemui mereka yang masih muda sebentar lagi di Jakarta, Jatinangor, Purwokerto, Padang.. menuntaskan amanah terakhir insyaAllah sebagai DPO di penghujung tahun 2012.

Ya Allah, pertemukanlah kami

Monday, May 7, 2012

Tentang Konsulen Saat OSCE

بسم الله الرحمن الرحيم
Sepi banget ini blog ya Allah. Maafkan saya para pembaca setia *sok eksis*. Saya sedang terkena penyakit malas tingkat Jawa Barat. Buka-buka blog sendiri, balas komentar, tapi tidak kontributif. Jadi menohok diri sendiri.
Eh, tapi ada satu cerita menggelitik pikiran saya saat OSCE (ujian praktik) beberapa bulan lalu. Tentang salah satu konsulen penguji yang menurut saya gaul di usia bayanya. FYI, konsulen-konsulen FK itu ajaib, selain sibuk bisa berpindah-pindah kota dalam sehari, apa yang mereka pikirkan pun sering membuat saya terpana. Kalau tentang kedokteran menurut spesialisasinya mah biasa ya. Tapi ini..

Pagi itu ujian OSCE 15 station yang terdiri dari 12 station kasus dan 3 station istirahat. Singkat cerita, tibalah saya di station Apendisitis Akut (radang usus buntu). Berhubung kasus ini sering dijumpai sewaktu pendidikan dokter muda (koas) bagian Bedah, saya lebih cepat menuntaskan kasusnya mulai dari anamnesis pasien, pemeriksaan fisik, lab penunjang, surat rujukan, terapi farmakologis dan non farmakologis.  Sepuluh menit dari 13 menit waktu yg disediakan. Kecepetan, pikir saya. Suka lupa waktu kalau standardized pasiennya kooperatif, tahu-tahu selesai. Haduw, ga suka kondisi begini bikin salah tingkah. Mau lari-lari salah, mau keluar duluan salah, mau loncat-loncat apa lagi, hehe. Mana konsulen penguji biasanya satu suara untuk tutup mulut berjamaah. Yaudahlah diem aja. 
"Dek, pengetahuan agama kamu dalam?" Tiba-tiba penguji bertanya.
Jadilah seperti bintang yang indah kemilau namun sulit untuk digapai. Seperti melati begitu lembut dan suci, seperti mawar yang indah namun memiliki duri untuk melindungi diri. Ukhty moga kita bisa menjadi muslimah yang begitu lembut, anggun begitu banyak yang menginginkan namun sulit dimiliki sembarang orang karena kita teguh terhadap Allah dan Rasul.
Click to view my Personality Profile page