Showing posts with label Prewed's Preparation. Show all posts
Showing posts with label Prewed's Preparation. Show all posts

Thursday, October 7, 2010

Menikah 5: Dibalik Ijab Kabul

بسم الله الرحمن الرحيم
Ijab ialah lafaz yang diucapkan oleh wali kepada pengantin perempuan
yang dinakahkan kepada pengantin laki-laki. Contoh lafaz (sighah)
ijab: "Saya nikahkan engkau dengan anak saya bernama ...... binti .... dengan maskawin sebanyak .... tunai".

Kabul ialah lafaz yang diucapkan oleh pengantin laki-laki selepas wali
mengucapkan ijab. Contoh kabul: "Saya terima nikahnya dengan maskawin... tunai". Kalau maskawin tidak berupa uang maka disebutkan jenis atau nama barangnya.

Dalam ijab dan kabul pernikahan, seringnya penghulu (atau siapapun yang mengakadkan) memakai tambahan-tambahan yang sifatnya "tidak wajib". Namun tambahan apapun yang mereka berikan, tidak akan keluar dari pernyataan di bawah ini:

اَنْکَحْتُكَ وَ زَوَّجْتُكَ مَخْطُوْبَتَكَ .... بِنْتِ .... عَلَی الْمَهْرِ ....
(Ankahtuka wa Zawwajtuka Makhtubataka .... Binti .... alal Mahri ....)
Artinya:
Aku nikahkan engkau, dan aku kawinkan engkau dengan pinanganmu .... puteri ..... dengan mahar .....”

Itu jika yang mengakadkan orang lain; bukan ayah mempelai perempuan. Namun ayahnya langsung yang menikahkan maka setelah kata “pinanganmu” (مخطوبتك) bisa ditambah dengan dengan kata “puteriku” (بنتي) sehingga menjadi:

اَنْکَحْتُكَ وَ زَوَّجْتُكَ مَخْطُوْبَتَكَ بِنْتِيْ .... عَلَی الْمَهْرِ ....
(Ankahtuka wa Zawwajtuka Makhtubataka Binti .... alal Mahri ....)
Artinya:
“Aku nikahkan engkau, dan aku kawinkan engkau dengan pinanganmu puteriku ..... dengan mahar .....”

Siapapun yang menikahkan, baik ayah mempelai wanita maupun orang lain, maka jawabannya adalah:
قَبِلْتُ نِکَاحَهَا وَ تَزْوِيْجَهَا عَلَي الْمَهْرِ الْمَذْکُوْرِ وَ رَِضِْیتُ بِهِ وَ اللهُ وَلِيُّ التَّوْفِیْقِ
(Qobiltu Nikahaha wa Tazwijaha alal Mahril Madzkuur wa Radhiitu bihi, Wallahu Waliyut Taufiq)
Artinya:
“Aku terima pernikahan dan perkawinannya dengan mahar yang telah disebutkan, dan aku rela dengan hal itu. Dan semoga Allah selalu memberikan anugerah”

..Ankahtuka..
Tahukah engkau wahai sahabat, lafaz ijab kabul yg seakan baru saja mengikat perjanjian yang kuat (mitsaqan ghaliza) saat itu, hari itu, waktu itu juga.. ternyata kalimat itu adalah bentuk lampau.
"ankahtuka..", kata Bang Ad dalam suatu kajian (siapa beliau, lihat postingan sebelumnya di kategori yg sama :),"..yang diucapkan wali ketika ijab artinya adalah telah kunikahkan engkau"

*Sesaat saya terpukau dan merasa rugi karena belum bisa berbahasa Arab*

Jadi sebenarnya, jodoh kita itu memang sudah ditentukan dan kita sudah menikah dengannya...
Bahwa dia telah ditakdirkan menjadi penyempurna setengah agama (nisfuddin) kita...
Bahwa dia adalah pasangan kita.. yang memberi ketentraman dalam hati kita.. :)
Allah tidak menjodohkan kita dengan pasangan kita hari itu, tapi jauh sebelum itu..

Dan di antaran tanda-tanda kekuasaan-nya adalah diciptakan-nya untukmu pasangan hidup dari jenismu sendiri supaya kamu mendapat ketenangan hati dan dijadikan-nya kasih sayang di antara kamu.sesungguhnya yang demikian menjadi tanda-tanda kebesaran-nya bagi orang yang berfikir.
(Ar-Ruum: 21)

Monday, August 23, 2010

Menikah part 4: Peran Ayah> Pendidik dan Konsultan

بسم الله الرحمن الرحيم
وَإِذۡ قَالَ لُقۡمَـٰنُ لِٱبۡنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُ ۥ يَـٰبُنَىَّ لَا تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ‌ۖ إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِيمٌ۬ (١٣
 Dan [ingatlah] ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan [Allah] sesungguhnya mempersekutukan [Allah] adalah benar-benar kezaliman yang besar". (13)



يَـٰبُنَىَّ أَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ وَأۡمُرۡ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَٱنۡهَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَٱصۡبِرۡ عَلَىٰ مَآ أَصَابَكَ‌ۖ إِنَّ ذَٲلِكَ مِنۡ عَزۡمِ ٱلۡأُمُورِ (١٧
 Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah [manusia] mengerjakan yang baik dan cegahlah [mereka] dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan [oleh Allah]. (17)


Kisah pendidikan bagi anak diabadikan secara agung oleh Allah terhadap Luqmanul Hakim dalam surat Luqman. Tugas mendidik ternyata adalah tugas utama ayah, bukan ibu. Mengapa bukan ibu yg biasanya lebih banyak berbicara? Hyaaah, memangnya mendidik hanya dengan bicara saja? Pendidikan bagi seorang anak juga bisa dengan contoh/ teladan/ uswah. 


Mana yg lebih efektif, berbicara atau contoh?
Pembicara melakukan simulasi kepada kami dengan menyuruh kami menggerak2an tangan ke depan, rilekskan. Beliau juga melakukan hal yg sama. Dilanjutkan memberi perintah2 lain dengan cara yg sama: lisan dan gerakan. Sampai akhirnya beliau menyuruh memijat dagu, tapi yg beliau pijat adalah dahi. Ternyata yg kami tiru adalah gerakan memijat dahi!
Wew..kalau perintahnya benar tapi gerakannya salah, ternyata yg diikuti adalah GERAKAN. Maka contoh/ teladan lebih penting daripada ucapan. "..dan memang faktanya gelombang cahaya lebih cepat merambat daripada gelombang suara, jadi apa yg terlihat lebih cepat ditangkap otak..", kata Bang Ad.

Jadi, ibu tidak perlu mendidik anak dong?




وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيراً
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil."
(QS Al Isra 24)


Kata "Rabbayaa" tidak hanya berarti "mengasihi" tapi juga "tarbiyah/ mendidik". Jadi mendidik anak adalah tugas ibu dan ayah hingga dewasa. 
"Kalau hanya ayah saja yg mendidik, mau ibu-ibu disini ga kebagian doa?", canda bang Ad.
Peran ibu mendidik hingga BALIG, peran ayah mendidik hingga AKIL. Balig berarti dewasa secara fisik, tercukupi nutrisinya hingga anak datang haid/ mimpi basah. Sementara akil berarti dewasa secara mental, akal/ rasionalitas. Jika keduanya terjadi tidak sinkron/ bersamaan maka yg timbul adalah PERIODE "BANCI"; dewasa belum, tapi anak2 jg sudah tidak yg disebut dengan istilah REMAJA. Padahal dalam islam tidak ada kata REMAJA! 

Monday, May 31, 2010

Menikah Part 3: Sakinah, Mawaddah, Warahmah

بسم الله الرحمن الرحيم

Bukan kata-kata yg asing lagi ya teman-teman. Apalagi buat yg sering mendoakan kalau ada sanak saudara yg menikah "semoga menjadi keluarga SaMaRa, Barakallahu laka..dst", pasti iyeh banget sama 3 kata ini.

Terdengar indah sekali kalau bisa terwujud, kan ya..Tapi jujur aja, saya sendiri masih ga mudeng bedanya apa sampai akhirnya ust.Hervy menjelaskan dalam suatu kajian tentang pernikahan. Ehem, ehem. Ga sreg aja berdoa tapi ga ngerti artinya apa ;)

Tuesday, January 5, 2010

Menikah part 2: Definisi dan Hakikat

بسم الله الرحمن الرحيم


















Bismillah..

Nikah secara bahasa berarti berkumpul atau bersatu. Sementara menurut istilah artinya akad atau ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan seorang wanita yang menjamin halalnya pergaulan sebagai suami istri.

Hakikatnya, pernikahan adalah 'Mitsaqan ghalidza' atau perjanjian yang sangat kuat antara pria dan wanita untuk berumah tangga. Oleh karena itu:
  • perlu ada data yang akurat dan transparan --> data tentang kedua belah pihak
  • perlu ada wali dan saksi-saksi --> ini menandakan bahwa pernikahan bukanlah hal yang main-main
  • perlu ada publikasi agar tidak muncul fitnah
  • tidak boleh main-main dengan pernikahan
Perintah menikah dan larangan membujang
"dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang2 yang layak dari hamba2mu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan menjadikan mereka mampu dengan karunianya. Dan Allah Maha Luas (pemberiannya) lagi Maha Mengetahui" [An Nuur: 32]

"Orang2 yang paling buruk diantara kamu adalah para pembujang dan diantara orang2 mati yang terburuk adalah orang2 yang mati dalam keadaan membujang" [HR Abu Ya'la, Ath-Thabrani]

"Wahai kaum muda, siapa diantara kamu yang telah mampu, hendaklah menikah. Karena nikah itu lebih dapat menundukan mata, dan lebih dapat menjaga kemaluan. Maka siapa yang belum mampu hendaklah berpuasa, karena puasa itu merupakan pengekang syahwat baginya" [HR Jama'ah]

***

Bagaimana para bujang? sudah mampu dan siapkah anda menikah? Btw, kriteria siap itu apa yaaa?

Pertanyaan terakhir itu sempat nyangkut di pikiran saya. Dan Alhamdulillah, ada peserta Queen Day yang bertanya. Jawabannya, tidak pasti. Maksudnya, sangat subjektif, siap atau tidak itu tergantung pribadi masing-masing.

Ada kawan saya yang saangaaat bimbang ketika dilamar seorang ikhwan. Saat itu posisi saya ga tau kalau beliau sedang dilamar. Tapi, kegalauannya terlihat dari pandangannya yang "bermasalah".
Siap atau ngga, saat itu pilihannya cuma dua untuknya : mempersiapkan diri atau tidak sama sekali. Karena pinangan dari sang ikhwan adalah hal yang terbaik bagi dirinya. *katanya ;p*

Kalau menurut saya, kesiapan itu ada kalau memang dipersiapkan. Jawaban ga siap itu menjadi 'halal' ketika memang sedang dalam proses mempersiapkan diri, sementara dirinya merasa persiapannya masih belum cukup. Tapi kalau belum siap karena belum berpikiran sama sekali untuk menikah... yaaah... sudahlah...

Ohya, jadi ingat. Duluuu.. duluuu sekali saya pernah dengar, kalau ibu yang baik itu adalah ibu yang mempersiapkan anak perempuannya menjadi istri sejak dilahirkan ke dunia..

Wallahu'alam bishshawab.

Thursday, December 10, 2009

Menikah Part I : Motivasi

بسم الله الرحمن الرحيم

"Nikah itu...", kata ustadz Hervy diawal acara Queen Day FIK UNPAD, "Tidak hanya untuk di dunia, tapi juga berlanjut sampai ke akhirat."

Dengan menikah suatu pasangan dapat menambah ketaqwaan. Ketaqwaan itulah yang menjauhkannya pada 'huru-hara' pada hari kiamat. *Em, saya lupa dan tidak mencatat ayatnya, afwan*

"Kemuliaan yang Allah berikan kepada manusia adalah Dia memberikan pahala bagi semua bentuk ikatan cinta yang mengeratkan hubungan kita denganNya, bukan cinta yang justru menghalangi hubungan kita kepadaNya. Allah dan RasulNya telah mengingatkan kita akan menjauh dari segala bentuk cinta yang memutuskan dan melalaikan dari tujuan mulia", lanjut sang ustadz.

Yang saya tangkap adalah bahwa motivasi menikah sesungguhnya MENGERATKAN hubungan kita dengan ALLAH, bukan sebaliknya. Jadi, ketika kita khawatir dengan calon pasangan kita bahwa dia tidak dapat membawa kita pada hal itu maka kita berhak me-NOLAK untuk menikahinya.
Jadilah seperti bintang yang indah kemilau namun sulit untuk digapai. Seperti melati begitu lembut dan suci, seperti mawar yang indah namun memiliki duri untuk melindungi diri. Ukhty moga kita bisa menjadi muslimah yang begitu lembut, anggun begitu banyak yang menginginkan namun sulit dimiliki sembarang orang karena kita teguh terhadap Allah dan Rasul.
Click to view my Personality Profile page