#Reuni SMA 2009
"Kenalin semua, ini Hady!"
"Ratih"
"Jona"
"Edu". Satu persatu kemudian kami menyahut perkenalan itu. Sampai tiba saatku..
"Intan", kataku sambil menungkupkan kedua tanganku.
Lelaki itu pacar temanku. Perawakannya kurus dan tinggi, walau aku sedikit lebih tinggi darinya. Kulitnya coklat tipikal orang Indonesia. Wajahnya sangat Jawa. Secara fisik, perempuan mana yang akan menganggapnya cakep? Tidak ada. Bahkan teman-teman lelakiku pun menyayangkan keputusan teman kami untuk berpacaran dengannya. Kami heran, kok bisa? Kali ini hanya gadis itu yang tahu mengapa selama ini begitu setia bersamanya.
***
Di dalam Jazznya, gadis cantik di sebelah kananku bercerita tentang sang pujaan hati. Rambut lurus dan hitamnya dibiarkan tergerai sampai siku. Kuperhatikan binar matanya yang sekilas menerawang sambil terus berkonsentrasi pada laju mobil.
"Tau ga, Tan? dulu pas ketemu tuh biasa aja. Ririn juga mikir, apa sih yang bagus dari dia? Dia pedekate terus. SMS gitu Tan, ngajakin puasa sunnah, ngingetin sholat tahajud...yah gitu lah..", katanya, tersenyum.
"Terus, Rin?" Rasa penasaranku belum pupus. Tidak ada ciri-ciri ikhwan sama sekali menempel pada diri Hady.
"Yaa, kita ngobrol, aja. Ketemuan. Intan tau kan, Ririn cerewet gini. Tapi dia tu sabaaaarrr banget, ngedengerin kalau Ririn cerita ini itu...sampai akhirnya kita jadian...ternyata sabarnya masih sama..", lanjutnya sumringah.
"Beda sama Edi. Intan tau kan kita deket?"
Aku mengangguk. Ririn dan Edi cinlok di suatu acara yang kami hadiri bersama. Ririn tidak mengelak bahwa dia sedang menduakan hatinya. Begitu juga dengan Edi.
"Masa' dia bilang 'hhhhfffh, untung gw ga punya pacar kayak lo ya, Rin'. Intinya dia ga tahan sama aku yang cerewet..hihi.."
Kali ini aku geleng-geleng kepala. Kupalingkan tatapanku menerawang keluar kaca. Sabar ya, ternyata.
***
#Reuni SMA 2010
"Makan udah. Jadi pada mau nonton? atau karokean nih?"
"Nonton aja ya Rin.." pintaku. Pliss..jangan karokean, doaku dalam hati.
"Okei. Jona, gimana, Joonn? Lo baru dateng, mau makan dulu?"
"Gw mau makan dulu ya, Rin?"
Berhubung Ririn satu-satunya yang menyetir mobil dan para lelaki mengikhlaskan apapun dan mau diajak kemanapun, maka kami putuskan untuk menemani makan Jona dulu.
"Teman2 kita ke Dapla yah!"
Sepanjang perjalanan menuju Dapla, Ririn tidak berhenti menelpon.
"Haaan --kependekan dari honey yang artinya madu-- ikut yu.. aku lagi ke Dapla sama temen2ku...hm..ajak aja sekalian..."
--tiiin-tinn--
"Ririn, hati-hati", sahut Jona.
"Iiih, mau nelpon atau ngga terserah gw dong, Pak!" Ririn bersungut kesal. Lupa mungkin dengan peraturan lalu lintas..hehe..bukannya berhenti malah dia melanjutkan berbicara dengan BBnya..eh..pacarnya.
"Gimana Han? Ada Jigo? mana-mana sini aku mau ngomong...Jigo, dateng aja, nih gw ada satu..siapa tau cocok"
Percakapan berlanjut seru. Dari yang aku dengar, sepertinya Ririn akan mengajak pacarnya juga..teman-teman pacarnya. Wew. Feeling aku kenapa jadi ga enak begini ya.
#Dapla --Dago Plaza--
Aku, Jona dan Ririn memilih untuk duduk berhadapan di satu meja panjang berkayu coklat. Kursinya juga panjang berwarna senada seperti bangku SDku jaman dulu. Edu segera menyusul kami, dia duduk disebelah kananku. Tak berapa lama, terlihat sosok Hady berjalan mendekati kami. Ada dua lelaki lain dibelakangnya.
"Jigo, Arya! eh kenalin ini Jona, Intan, Edu"
Jigo duduk disebelah kiriku. Hady disebelah Ririm tepat di depanku. Sementara Arya memilih di sebelah Edu. Empat lelaki, tiga perempuan. Hhhfh, di satu sisi aku rindu bertemu teman lamaku, tapi di sisi lain aku tidak suka dengan situasi ini. Risih dikelilingi lelaki sedekat ini.
"Mana Dodi sama Sani?" Tanya Ririn pada Hady.
"Dodi nyusul sama Angga, Sani ga jadi, Rin", jawab Hady perlahan.
Apaaa?! Masih ada laki-laki lagi??!
"Nah itu dia! kenalin-kenalin..." Ajang berkenalan dilanjutkan lagi. Sambil mencari-cari celah untuk duduk, mereka berdua bercanda akrab dengan Hady cs. Akhirnya, saf dudukku penuh dengan lelaki. Saf dihadapanku ada Ririn dan Jona duduk beradu bahu. Tiba-tiba..
"Intan," panggil Hady.
Aku refleks melihatnya,"Ya?"
"Kalau ngerasa gak nyaman duduk disitu, pindah aja sini deket Ririn." Pintanya sopan sambil menunjukkan jarinya ke bangku.
"..eh...?", Aku melongo sesaat. Kaget, haru, dan terkesima. Dia tahu apa yang aku pikirkan. Atau, dia tahu adab laki-laki dan perempuan yang bukan mahram?
***
Sampai di rumah aku masih terbayang kalimat Hady.
Kukenal banyak lelaki paham agama yang menjaga dirinya. Itu bukan hal aneh. Malah akan jadi malapetaka kalau dia bergaul kelewat batas. Hm, tapi kalau hanya menjaga dirinya saja tanpa berani mengingatkan orang lain secara langsung?
Kukenal yang pemahamannya tidak sebesar para ikhwan, tapi lakunya biasa, tetap sentuh sana sentuh sini. Berpacaran pun gonta ganti.
Kukenal sedikit saja, baru beberapa kali bertemu tanpa tahu identitas dirinya, tanpa banyak bertanya tentang siapa sebenarnya dirinya..tapi akhlaknya luar biasa.
Di luar pilihannya untuk berpacaran, Hady adalah salah satunya. Tidak perlu banyak ucap, tidak perlu berpanjang-panjang dengan kalimat. Mungkin apa yang dilakukannya nampak biasa. Tapi bagiku itu sederhana dan tepat pada waktunya.
Lisanul hal afshahu min lisanil maqal..Bahasa perbuatan itu lebih berkesan dari bahasa kata-kata.. begitulah bunyi pepatah arab tentang da'wah bil hal.
Entah mengapa, saat itu juga aku langsung "merestui' hubungan mereka. Semoga Allah lekas menghalalkan kalian, agar tidak semakin banyak waktu habis karena khalwat sebelum menikah, pintaku dalam hati.
Tidak ada sia-sia dari pertemuan ini insyaAllah. Semoga Allah mengampuni dosa-dosaku dan teman-temanku. One thing I remember to not judge the book by its cover :)
PS: Kisah ini nyata, penuh editan tanpa menghilangkan makna. Maaf bila ada kesamaan nama. Nama diatas hanya fiktif penulis.
Jatinangor, Juni 2010
-Intan-
Sirah Camp Runa
3 months ago
0 komentar:
Post a Comment