Suasana semakin sendu. Masing-masing khusyuk mendengarkan seorang demi seorang mengungkapkan kenangan saat awal kami bersama. Sebentar saja luapan jiwa itu mengembun di balik lensa kaca mata. Kemudian satu persatu menetes menjadi air mata. Ada yang terisak. Ada yang menahan tangisnya. Ada yang bingung harus berbuat apa. Antara tidak ingin membuat suasana semakin sedih atau benar-benar kesedihan itu belum sanggup melelehkan butir-butir bening di sudut matanya. Itu aku.
Tetehku..
Aku benci sekali keadaan ini.
Benci sekali setiap kali harus merasakan suasana seperti ini.
Suasana berpisah dari orang-orang yang aku cintai.
Teringat dulu, aku sangat bersyukur dipertemukan denganmu. Bertemu karena cinta-Nya. Karena kasih sayangNya kita bisa bertemu di tempat-tempat itu. Tidak karena hal lain.
Melihat wajahmu, memperhatikan gerak-gerikmu dan menunggu setiap kata yang kau ucap. Seperti puisi yang dibuat oleh sahabatku dulu: "....adalah hal yang istimewa karena biasa..."
Biasa karena hal rutin. Rutin datang dengan membawa "gelas setengah isi setengah kosong" yang siap diisi untuk menjadi penuh dan menuangkannya. Lalu kembali menjadi "gelas setengah isi setengah kosong"
Yang terkadang isi gelasnya beragam. Namun gelas itu selalu penuh ketika kubawa pulang. Lalu ia menjadi begitu istimewa. Padahal setiap bertemu engkau selalu istimewa, teteh. Yang membuatku memilih tidak banyak berkata-kata untuk memperhatikanmu. Untuk tidak melewatkan saat bersamamu. Karena aku tahu..akan ada hari ini..hari yang aku benci..benci untuk bepisah denganmu..
Karena seperti perpisahan-perpisahan lalu..
Karena aku belum pernah bertemu lagi..
Entah kapan lagi..
Jika tidak di dunia ini, semoga di JannahNya kelak.
Allah, biarkan butir-butir bening ini mengalir tanpa isak. Jagalah ia yang aku cintai karenaMu dengan penjagaan terbaik dariMu.
aamiin.
Sirah Camp Runa
3 months ago
0 komentar:
Post a Comment