Monday, August 23, 2010

Menikah part 4: Peran Ayah> Pendidik dan Konsultan

بسم الله الرحمن الرحيم
وَإِذۡ قَالَ لُقۡمَـٰنُ لِٱبۡنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُ ۥ يَـٰبُنَىَّ لَا تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ‌ۖ إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِيمٌ۬ (١٣
 Dan [ingatlah] ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan [Allah] sesungguhnya mempersekutukan [Allah] adalah benar-benar kezaliman yang besar". (13)



يَـٰبُنَىَّ أَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ وَأۡمُرۡ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَٱنۡهَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَٱصۡبِرۡ عَلَىٰ مَآ أَصَابَكَ‌ۖ إِنَّ ذَٲلِكَ مِنۡ عَزۡمِ ٱلۡأُمُورِ (١٧
 Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah [manusia] mengerjakan yang baik dan cegahlah [mereka] dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan [oleh Allah]. (17)


Kisah pendidikan bagi anak diabadikan secara agung oleh Allah terhadap Luqmanul Hakim dalam surat Luqman. Tugas mendidik ternyata adalah tugas utama ayah, bukan ibu. Mengapa bukan ibu yg biasanya lebih banyak berbicara? Hyaaah, memangnya mendidik hanya dengan bicara saja? Pendidikan bagi seorang anak juga bisa dengan contoh/ teladan/ uswah. 


Mana yg lebih efektif, berbicara atau contoh?
Pembicara melakukan simulasi kepada kami dengan menyuruh kami menggerak2an tangan ke depan, rilekskan. Beliau juga melakukan hal yg sama. Dilanjutkan memberi perintah2 lain dengan cara yg sama: lisan dan gerakan. Sampai akhirnya beliau menyuruh memijat dagu, tapi yg beliau pijat adalah dahi. Ternyata yg kami tiru adalah gerakan memijat dahi!
Wew..kalau perintahnya benar tapi gerakannya salah, ternyata yg diikuti adalah GERAKAN. Maka contoh/ teladan lebih penting daripada ucapan. "..dan memang faktanya gelombang cahaya lebih cepat merambat daripada gelombang suara, jadi apa yg terlihat lebih cepat ditangkap otak..", kata Bang Ad.

Jadi, ibu tidak perlu mendidik anak dong?




وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيراً
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil."
(QS Al Isra 24)


Kata "Rabbayaa" tidak hanya berarti "mengasihi" tapi juga "tarbiyah/ mendidik". Jadi mendidik anak adalah tugas ibu dan ayah hingga dewasa. 
"Kalau hanya ayah saja yg mendidik, mau ibu-ibu disini ga kebagian doa?", canda bang Ad.
Peran ibu mendidik hingga BALIG, peran ayah mendidik hingga AKIL. Balig berarti dewasa secara fisik, tercukupi nutrisinya hingga anak datang haid/ mimpi basah. Sementara akil berarti dewasa secara mental, akal/ rasionalitas. Jika keduanya terjadi tidak sinkron/ bersamaan maka yg timbul adalah PERIODE "BANCI"; dewasa belum, tapi anak2 jg sudah tidak yg disebut dengan istilah REMAJA. Padahal dalam islam tidak ada kata REMAJA! 

Bang Ad menjelaskan lagi, " Tanda rusaknya pendidikan dalam Islam jika timbul periode REMAJA! Dalam kajian psikologi abad 19 juga tidak dikenal pendidikan pada remaja, baru abad setelahnya ada. Bingung kan? mau diperlakukan bagaimana mereka yg tidak mau dianggap anak2 padahal dewasa juga belum."


Apalagi jaman sekarang ya, teman2. Angka kejadian obesitas pada anak2 malah meningkat, usia menarche (pertama haid) juga semakin muda. Ini adalah tanda bahwa nutrisi anak semakin tercukupi. Tapi apalah artinya hal itu jika tidak dibarengi dengan kematangan mental?? Remaja tanggung, dewasa manja?
Saya jadi ingat Aisyah istri Rasulullah yg dinikahi saat berumur 7 tahun. Sebelum haid, Aisyah tinggal bersama orang tuanya. Beberapa tahun kemudian, dengan muka memerah Aisyah mendekati Asma binti Abu Bakr, kakaknya, dan berkata, "Aku haid, Asma". Pertanda hidup barunya bersama Rasulullah akan dimulai. Memang umurnya sangat belia, sifat kanak2nya juga tidak hilang begitu saja, namun dari kisah2 tentang mereka berdua, Aisyah mengerti dan menjalankan tugas2nya sebagai istri dsb.


"YES" dan "NO", antara perintah dan larangan
Ajaran Luqman dalam Al-Qur'an diawali dengan kata: لَا تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ‌ۖ
 "Laa"  -> "Janganlah". Kata2 "JANGAN" adalah kata2 Ayah. "..Jangan ini, jangan itu..", kalau ibu yg mengajarkan sering kali malah dilanggar. Anak2 malah melakukan apa yg dilarang. Maka, pelajaran syahadat harus diajarkan oleh ayah sebab berawalan "Laa". Sebaliknya, peran ibu adalah mendidik "Yes", misalnya: 
"Yang akur yaa!"
"yang kompaknya!"
"nanti makan dulu baru minum obat yaa!"


Ibu butuh teman konsultasi
Yg terjadi dalam keluarga: ayah seharian di luar mencari nafkah, sementara ibu seharian menjaga anak. Ibu juga manusia yg bisa jenuh dan capek mengurus anak. Hal itu bisa mengakibatkan emosi meluap liar *lebay, he2*. Lihat apa yg terjadi? Ketika anak2 nakal, ibu marah2. Parahnya, jika marahnya masuk telinga kanan keluar telinga kiri, sama sekali tidak berefek terhadap perilaku anak. Disini, ayah yg biasanya jarang mngurus anak, biasanya juga lebih berpikiran jernih untuk menelurkan ide2 kreatif menyelesaikan masalah di rumah.
"Bu, jangan takut minta masukan suami. Ajak suami berpikir tentang anak. Beritahu harga cabai berapa sekarang... Otak yg distimulus untuk mengingat justru kecil, tapi otak yg distimulus untuk berpikir justru membesar!"
"Teori manajemen mikro, berasal dari teori manajemen rumah tangga yg diterapkan di kantor/ perusahaan2."
Sukses di rumah, sukses di kantor, begitu intinya.


Ayah Pemimpin Keluarga
Bagaimana jika seorang ayah mencari nafkah di luar kota, tidak bisa intens memantau dan mendidik anak?
1. Ayah bikin strategi, Ibu yg meng-eksekusi (implementasi)
Ingat, Rasulullah ketika wafat meninggalkan sistem untuk umat! Jadi biarkan ibu dengan wisdom-nya mengimplementasikan sistem yg dibuat ayah. Makanya nanti, setelah nikah langsung raker (rapat kerja) berdua ;)).
2. Sambung Rasa 
jangan lupakan niat dan perasaan sayang untuk istri dan anak2 ketika berjauhan. Jangan sepelekan telepati dalam berkeluarga.
3. Jangan lupa Doa
4. Perlakukan anak sesuai keistimewaan karakternya masing2. 
Kalau pulang beli oleh2 yg beda, misalnya.


Semoga bermanfaat!
Minggu, 22 Agustus 2010
Lapangan Rumput Salman ITB
"Smart Kids from a Busy Dad!"
Pembicara: Adriano Rusfi, Psi.

4 komentar:

syu said...

aslm teh intan, tulisannya bagus.

makasih, walopun sy nikahnya masih lama tapi lumayan jadi nambah ilmu.

sy share k org2 ya :)

Intan Risna said...

wa'alaikumsalam..
wah, ini ngerangkum acara seminar di Salman aja kok, Tanri..
Alhamdulillah kl bermanfaat.. ^^

Anonymous said...

oww...ini tho yang dimaksud...

nice...

menginspirasi,,hehe

gak sia2 teth daper ijasahnya,,hehe :P
pisss^^

Intan said...

wah, langsung ditengok..*n.n*
ini mah acara tambahannya, Che..gratis...hhe..
kl yg acara benernya ada di kelas khusus gitu..
"ijasah" lho..soalnya ga ada wisuda :))

Post a Comment

Jadilah seperti bintang yang indah kemilau namun sulit untuk digapai. Seperti melati begitu lembut dan suci, seperti mawar yang indah namun memiliki duri untuk melindungi diri. Ukhty moga kita bisa menjadi muslimah yang begitu lembut, anggun begitu banyak yang menginginkan namun sulit dimiliki sembarang orang karena kita teguh terhadap Allah dan Rasul.
Click to view my Personality Profile page