The Boy in the Striped Pyjamas judul aslinya. Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi anak lelaki berpiyama garis-garis. Buku..em..novel tipis 231 halaman ini saya temukan tergeletak di hamparan buku2 diskon nan jadul di Tisera.
Ilustrasi covernya yang sederhana, judulnya yg mudah ditebak kalau peran2 utamanya adalah anak2 dan tidak ada resensi di cover belakangnya menjadi alasan utama saya membeli novel ini selain harganya yg kelewat murah:Rp10rb!. Mungkin ceritanya tentang anak lelaki yg sulit tidur, atau anak lelaki yg kehilangan seragam sekolahnya, atau anak lelaki yg tidak punya piyama dengan motif lain atau.. *plis deh, penting sekali
Penasaran aja sebenernya, masak di cover belakang ditulis:
...biasanya kami membuat ringkasan cerita disampul belakang buku, namun anak lelaki memakai piyama bergaris ini sulit sekali kami gambarkan..
Grrr...
Yasudah, dibeli juga akhirnya. Dasar taktik penjualan yg aneh.
Anak lelaki itu bernama Shmuel (dibaca: shmül, pelafalan ü-nya bahasa Jerman hampir seperti ue), kawan. Dia benar-benar memakai piyama bergaris ditambah hiasan topi yg sama bergaris di kepalanya. Tidak hanya Shmuel, semua lelaki di Out-With memakai pakaian seperti dirinya. Out-With, sebuah kawasan di kota kecil di Polandia adalah kata yg salah didengar oleh Bruno, pemeran utama novel ini sekaligus teman Shmuel, yg sebenarnya adalah Auschwitz-- sangat terkenal dengan Kamp Konsentrasi tawanan keturunan Yahudi semasa Hitler berkuasa. Ya, ini tentang sebuah peristiwa kekejaman Nazi yg membunuh teratur 1,4 juta Yahudi dengan gas cyclon B di kamar gas.
Shmuel dan Bruno sama-sama berusia 9 tahun. Bruno adalah anak seorang komandan bawahan Hitler. Karena rasa kesepiannya setelah pindah dari Berlin ke Out-With mengikuti ayahnya yang dipindah tugaskan, Bruno memenuhi rasa penasarannya untuk berjelajah. Ia susuri pagar kawat tinggi dan berduri yg memisahkan rumahnya dengan pondok-pondok dan para lelaki berpiyama garis yg terlihat dari jendela kamarnya. Setelah sekian lama ia berjalan, tak disangka ia akan bertemu dengan seseorang seumurannya. Shmuel namanya.
Hampir setiap hari saat pulang dari sekolah privatnya, Bruno asik mengobrol dan berbagi makanan dengan Shmuel. Tak ada siapapun yg tahu tentang apa yg mereka lakukan kecuali mereka berdua. Shmuel selalu menunggu Bruno dan mengobrol dengan kaki menyila di atas tanah. Mereka terpisahkan dengan kawat tinggi berduri itu sampai suatu hari Shmuel kehilangan ayahnya. Bruno setuju untuk membantu Shmuel mencarinya, lantas berganti pakaian yg dipinjamkan Shmuel dan menerobos celah kawat itu tanpa mengerti apa yg sebenarnya terjadi di balik pagar kawat itu. Akhir kisah ini tragis. Bruno sang anak komandan harus turut meninggal di kamar gas bersama Shmuel.
NB: benar2 buku yg bukan untuk anak2.
Alih-alih sedih, saya malah penasaran dengan kebenaran cerita ini. Faktanya, lelaki memakai piyama bergaris ini memang ada. Semua tahanan Yahudi di Auschwitz memakai piyama motif seperti
itu.
Lihat situs resmi Memorial and Museum Auschwitz-Birkenau (http://en.auschwitz.org.pl)
Yg fiktif adalah tidak ada anak2 lelaki Yahudi berumur 9 tahun di Auschwitz. Mereka sudah dibunuh oleh Nazi karena belum cukup umur untuk bekerja. Selain itu, pagar kawat tinggi semasa itu beraliran listrik. Jadi, siapapun yg mencoba menembusnya akan sulit dan tidak mungkin. Baca: ini
Tidak puas dengan kisah singkat itu, saya menjelajahi situs-situs tentang Auschwitz. Masih di situs resminya, ada 'sesuatu' yg membuat saya miris dan geram. Sesuatu itu menyangkut percobaan medis terhadap tawanan perang. Coba lihat di seksi Hospital and Medical Experiments:
A hand of a prisoner with signs of an experiment made by Dr Emil Kaschub. He used various toxic substances to inject and see what it causes. The aim of his "research" was to find methods of faking injuries among German soldiers. |
Children, victims of Dr Josef Mengele's experiments. Picture taken in camp photo studi |
Berbeda dengan yg terjadi saat zaman Rasulullah, beliau tidak pernah menganiaya warga Yahudi, mereka hidup tentram dengan agamanya dan tetap tunduk pada peraturan penguasa muslim...Ah, jadi teringat ratusan saudara kita yg baru saja bebas dari penjara Israel. Mereka yang dulunya tertawan mungkinkah pernah mengalami kepedihan menjadi 'hewan' percobaan?
Jawabannya: Sangat mungkin.
Salah seorang mantan tawanan mengatakan bahwa IOA (Israeli Occupation Authority) melakukan percobaan sebanyak 5000 jenis obat kepada para tawanan. Dalam presentasi penelitiannya pada konferensi di Algeria, dia mengatakan bahwa Kementrian Kesehatan Israel memberikan jaminan kepada perusahaan obat untuk melakukan tes tersebut pada 15% tawanannya (IOA Using Prisoners as Medical Guinea Pig, Des 2010). Hal itu menjelaskan tentang meningkatnya jumlah penyakit aneh dan keganasan pada para tawanan Palestina. Dan jumlah mereka yang tertawan saat itu lebih dari 7000 orang!
KEJAAAAAM!!
Siapa yg seharusnya diperangi selain mereka yg seenaknya melakukan percobaan, seakan saudara kita itu barang. Padahal tidak ada satupun tawanan Israel yg diperlakukan semena-mena di Palestina. Itu baru tentang biomedical experience, belum lagi perlakuan keji seperti pemerkosaan dan pembunuhan terhadap kaum wanita...
Allahummanshur ikhwana al-mujahidiina fii Filistin ...
Ya Allah tolonglah saudara kami mujahidin di Palestina..
0 komentar:
Post a Comment