Teman-teman pernah mendengar kalau melahirkan itu alami dan tanpa penolong pun bayi akan keluar sendiri? Itu benar! Di RS Jejaring #2 hal itu terjadi. Saat saya jaga malam sekitar pukul 10 sang ibu G3P2A0 tampak gelisah mengeluh mules-mules ingin melahirkan. Saya periksa kontraksinya sering, lama (> 60 detik) dan kuat. Dari pemeriksaan dalam, masih pembukaan 4 cm. Saya perkirakan masih 3-4 jam lagi lahirnya, maka saya tunggu di luar kamar bersalin (nurse station dekat pintu) bersama teman dari kebidanan sambil berkenalan, cerita, ngerumpilah biar tetap melek. Tapi saya was-was dengan ibu itu sebab kontraksinya lebih lama daripada ibu-ibu lainnya dengan pembukaan yg sama. Ibu ini juga begitu gelisah meski tidak rewel.
Sekitar jam 12 malam, tiba-tiba ada yang memanggil dari dalam "Sus (suster maksudnya, padahal kami Dokter dan Bidan, huhu)..tolong suuuuuss", terdentar teriakan lelaki. Lalu kami bergegas mendekati sumber suara beberapa meter dari pintu sambil berlari. Tak lama ada suara tangisan bayi. Subhanallah, ada bayi di depan sang ibu. Kami segera bertindak tanpa suara *speechless*, menyelimuti dan mengeringkan bayi, memotong tali pusat, mengeluarkan ari-ari, dll.
Herannya, suaminya terlihat santai dan biasa saja. Bahkan meminta tolong ketika bayinya sudah benar-benar keluar dari rahim istrinya. Padahal sedari tadi dia di samping istrinya, apakah sedari tadi takjub dengan proses persalinan sehingga lupa? Saya hanya geleng-geleng. Sang bidan yang bertanya langsung.
Kalau sudah begini hanya bisa berkata; tak bisa menolak kehendak Allah. Kalau sudah waktunya, perkiraan manusia pun tak ada artinya, kecuali jadi pengingat agar terus belajar ilmuNya.
Omong-omong, kalau teman-teman jadi saya, mau diisi apa keterangan status persalinan:
"PENOLONG: ......"
"ASISTEN:....."
Jika yang dimaksud hanya menolong melahirkan bayi, kosongkan saja status (rekam medis-red) itu? hehe. Tapi kan tindakan medis terhadap parturien tidak hanya itu saja ya :)
Sirah Camp Runa
3 months ago
0 komentar:
Post a Comment