di teater saat beliau menyampaikan pengantar biomol--yg sampai sekarang sy tidak mengerti apa yg beliau sampaikan -_-. Saya tidak mengerti apa yg ada di otak sy saat itu, padahal kalau di flashback, pasti yg beliau sampaikan adalah esensi menjadi dokter yg pluripoten, menjalani proses sebagai seorang mahasiswa yg berpikir integratif, juga seorang long life learner. Sempat juga beliau menjadi tutor sehari--dahsyat luar biasa, serasa temperatur ruang tutorial turun beberapa derajat. Juga beberapa pertemuan2 berikutnya sebagai mahasiswa S1, audiensi proposal untuk menjadi delegasi ke Makasar, saat beliau sebagai dosen, lalu beranjak menjadi PD3, lalu PD1, lalu sekarang.. Dekan..
Sesaat sebelum sidang, saya baca majalah yg berisi wawancara beliau yg baru saja menjadi dekan, saya tertegun menyimak jawaban2 beliau. Shaleh sekali..
2 pekan lalu saya mengikuti persiapan prakoas, saya bertemu beliau. As always, beliau tidak hanya mengucapkan turut berbahagia, tapi juga menegaskan tentang esensi dan realita menjadi dokter muda.
Saat semua yg hadir saat itu sudah menyandang gelar S.Ked beliau berpesan,.."Kalau kalian masih tidak mau jadi dokter, sekarang adalah point of no return". Ya, sudah setengah jalan lebih. Kalau mau menyesal menjadi dokter sekarang bukan saatnya.
1 pekan lalu saya pergi ke Padang mengikuti simposium, saya bertemu beliau. Masih sama terpukau dan semakin mengerti tentang esensi pelaksanaan UKDI. Bahwa tidak hanya sekedar penentu lulus atau tidak lulus, UKDI juga sangat berguna sebagai tool of quality assurance. UKDI adalah hal minimal yg bisa menjadi alat evaluasi (assessment) bagi kualitas pendidikan kedokteran di Indonesia. Beliau menegaskan berbagai pihak tentang kepedulian kita sebagai mahasiswa, tentang kepedulian para dosen dan pengampu kebijakan di setiap institusi untuk PEDULI, untuk tidak sekedar mengejar target meluluskan banyak dokter namun tanpa kontrol kualitas peserta didiknya. Bisa saja institusi A bilang dokter2nya berkualitas, bisa juga intitusi B bilang dokter2nya lebih berkualitas, tapi benarkan demikian? apa parameternya? Seandainya saya jadi pasien saya juga tidak mau diperiksa oleh dokter yg asal lulus.
Kemarin saya ikut Supercamp, saya bertemu dan berfoto dg beliau ^^v (rame2).
Lagi2, yg beliau sampaikan adalah esensi pergi jauh2 ke Situ Lembang. Buat apa sih? karena sering saat kita disibukan oleh hal2 manusiawi, kita lupa bahwa ada sekitar kita yg juga harus kita perhatikan, yg harus kita pahami. Alam mengajarkan banyak hal yg tidak diajarkan manusia, terutama tentang kejujuran dan keikhlasan dalam memberi.
Hanya sedikit yg saya tahu tetang beliau. Salah seorang dokter yg berdedikasi luar biasa. Profesor yg pernah menjabat ketua senat. Dokter yg merancang UKDI. Dokter yg inspiratif. Di usia yg tergolong muda.--.ah, beliau terlihat sangat muda saat duduk bersama para dekan dan ketua ini-itu saat di Padang..-- sudah menjadi seseorang yg memiliki pengaruh luar biasa bagi dunia pendidikan kedokteran di Indonesia, di FK Unpad apalagi.
4 tahun lalu dan mungkin hingga kini, saat banyak orang mengecamnya, saat banyak teman2 dan dosen saya tidak menyukainya, saat teman di kiri dan kanan saya merengut tentang sikapnya yg terkesan rumit,
Saat orang2 di luar sana sibuk berkata2 negatif, saya hanya mencoba tidak termakan isu, tidak terbawa arus negatif dengan diam, mendengar, dan memperhatikan. Kang Aat bilang hanya dengan mendengar kita bisa memahami, dan hanya dengan memahami kita bisa bersimpati dan berempati. Pak Dekan mengajak kita berpikir jauh ke depan dengan detil yg luar biasa, maka saya pun mencoba berpikir. Saya hanya mencoba memberi waktu untuk mencerna apa yg beliau sampaikan. Perlahan tapi pasti pola pikir saya berubah untuk memikirkan esensi dari apa yg kita lakukan dan apa yg akan kita lakukan. Beliau berbicara fakta dengan banyak pengalaman sebagai aktivis kampus baik senat maupun DKM, peneliti dan dosen, juga pejabat struktural di kampus.
Hei, bukankah kita lebih senang dengan orang yg berbicara fakta berdasarkan pengalaman daripada seorang NATO yg hanya menghembuskan mimpi indah?
Perlahan saya mengalami apa yg beliau alami dan merasakan bahwa apa yg beliau sampaikan adalah petunjuk menjalani aktivitas kita selama ini. Petunjuk seorang ayah yg ingin anaknya sukses, petunjuk dari dokter pendidik dan pengkader, petunjuk dari senior yg ingin juniornya lebih pintar daripada dirinya, petunjuk agar pandai bersikap, petunjuk tentang cara belajar seumur hidup, petunjuk untuk berpikir UNTUK APA daripada disibukan dengan hal teknis remeh temeh atau hal2 yg sebenarnya bisa diurus oleh orang lain.
Perlahan dengan amanah saya yg nampak berat sekali, saya merasa begitu kecil dan ringan dibandingkan amanah dan pengorbanan beliau yg luar biasa memikirkan dan mengurusi banyak..banyak sekali hal demi perbaikan dunia kedokteran di Indonesia.
Semoga Allah menguatkan pundak, mengistiqamahkan, dan memberkahi waktu dan usaha beliau.
*Untuk seseorang yg kusayang yg darimu aku membuka mata sejak bertahun2 silam, sejak aku masih "ingusan" :D, yg kemarin membuatku terenyuh dengan sembabnya matamu seusai pidato beliau, dan dengan senyum kupenuhi janji untuk menulis hal ini bahwa aku pun cinta dekan kita =)
0 komentar:
Post a Comment