Sunday, May 29, 2011

Belajar dari Kupu-Kupu (The Lesson of the Butterfly)

بسم الله الرحمن الرحيم
Pagi ini, waktu sudah menunjukkan pukul 6 lewat. Saya sudah terlambat untuk follow up sebenarnya. Dengan rasa bersalah saya dekati LO kelompok kecil saya selama di IPD; seorang residen yang ramahnya super sejak kali pertama kami bertemu sampai 2 minggu ini. Tapi kali ini rautnya tidak seperti biasa. Ada goresan lelah bercampur apa --entahlah-- di wajahnya. Saya makin merasa bersalah. Setelah meminta maaf dan melaporkan apa yang saya temukan pada pasien baru hari ini, saya bertanya OOT:
"Berat ya dok, jadi residen IPD?"
Beliau tersenyum sambil tetap fokus melihat angka-angka laboratorium pasien pada layar komputer.
"Berat itu relatif, tapi semua yang kita jalani itu ada prosesnya dan ada pengorbanannya"
"Sudah baca falsafah kupu-kupu yang ada di atas? (lantai 4 gedung ini adalah sekretariat bagian)" Saya menggeleng. "Hmm, pernah lihat sih, dok. Yang dibingkai banyak di dinding itu kan ya".
"Coba deh baca. Bagus lho" ucapnya sambil tetap tersenyum.

Baru beberapa hari setelahnya saya sempatkan berdiri sejenak membaca pesan dari kupu-kupu itu..
” Satu hari, muncul celah kecil pada sebuah kepompong; seorang pria sedang duduk dan memperhatikan kupu2 tersebut berusaha dengan keras mendorong tubuhnya keluar melalui lubang kecil tersebut selama beberapa jam.



Kemudian, tampaknya usaha tersebut tidak membuahkan hasil. Terlihat seolah-olah usaha tersebut sudah mecapai satu titik dimana tidak bisa pergi lebih jauh lagi



Maka dari itu pria tersebut memutuskan untuk membantuk kupu2 tersebut. Dia mengambil sebuah gunting dan membuka kepompong itu.
Kemudian kupu2 itu keluar dengan mudahnya.
Akan tetapi kupu2 itu memiliki tubuh yang tidak sempurna.
tubuhnya kecil dan sayapnya tidak berkembang



Pria tersebut tetap memperhatikan karena dia mengharapkan tidak lama lagi sayapnya akan terbuka, membesar dan berkembang, untuk dapat mendukung tubuh kupu2 itu sendiri dan menjadi kuat.

Semua itu tidak terjadi !
kenyataannya, kupu2 tersebut malah mengabiskan seluruh hidupnya merangkak dengan tubuhnya yang cacat dan sayapnya yang terlipat.
Kupu2 tersebut tidak pernah bisa terbang.


Duhai, apa yang pria itu tidak mengerti di balik kebaikannya dan itikad baiknya adalah kepompong yang terkekang dan perjuangan merupakan proses dibutuhkan oleh kupu2 untuk menembus celah kecil di kepompong merupakan cara Allah untuk mempersiapkan kupu2 itu dalam perkembangan sayapnya, supaya dia siap untuk terbang saat dia memperoleh kebebasan dari kepompong itu.


Kadangkala, perjuangan adalah sesuatu yang kita butuhkan di dalam hidup kita.
Bila Allah membiarkan kita hidup kita tanpa cobaan, hal itu akan membuat kita cacat.
Kita tidak akan menjadi sekuat seperti apa yang seharusnya kita bisa.
Tidak akan bisa terbang.


Aku meminta KEKUATAN….. Dan Allah memberikan aku KESULITAN untuk menjadikanku KUAT
Aku meminta KEMAMPUAN… dan Allah memberikan aku MASALAH2 untuk aku pecahkan
Aku meminta KEMAKMURAN…. Dan Allah memberikan aku OTAK dan KEKUATAN untuk bekerja


Aku meminta KEBERANIAN… Dan Allah memberikan aku rintangan untuk saya lewati
Aku meminta Cinta… Dan Allah memberikan aku orang2 yang kesulitan untuk kubantu.



Aku minta PERTOLONGAN… Dan Allah memberikan aku KESEMPATAN.
Aku tidak menerima yang aku inginkan, tapi aku mendapatkan apa yang aku butuhkan."
Allah memberikan apa yang kita butuhkan..


***
Hari ini, saya belajar dari kebaikan seseorang dan kehidupan kupu-kupu.
Belajar dari ayat-ayatNya yang tersebar di alam raya ini..


*diadaptasi dari A Butterfly's Lesson atau The Lesson of the Butterfly.

2 komentar:

Gebby said...

intaaan baguus bangeettt *touched. ;)))

noteskedokteran said...

full hikmah...

Post a Comment

Jadilah seperti bintang yang indah kemilau namun sulit untuk digapai. Seperti melati begitu lembut dan suci, seperti mawar yang indah namun memiliki duri untuk melindungi diri. Ukhty moga kita bisa menjadi muslimah yang begitu lembut, anggun begitu banyak yang menginginkan namun sulit dimiliki sembarang orang karena kita teguh terhadap Allah dan Rasul.
Click to view my Personality Profile page