“Bu, kita harus berbeda dengan orang lain dalam kebaikan. Orang lain duduk kita sudah harus berjalan, orang lain berjalan kita sudah harus berlari, orang berlari kita sudah tidur, orang lain tidur kita sudah bangun. Jangan sedikitpun berhenti berbuat baik sampai soal niat. Kita tidak boleh lalai karena kita tidak tahu kapan Allah mencabut nyawa kita”
Itulah sepenggal pesan dari seorang pemimpin keluarga kepada istrinya, Pak Tamim (Mutamimul Ula) kepada Ibu Wiwi (Wirianingsih). Kedua pasangan luar biasa yang melahirkan 11 anak penghafal Al-Qur'an. Saya merinding 'menemukan' paragraf itu. Betapa tersurat visi yang kuat. Ada mimpi yang besar yang--masyaAllah--ditopang oleh orang-orang besar.
Kemudian baru saya ketahui tentang misi-misi yang mereka kerjakan dengan kedisiplinan tingkat tinggi melalui sebuah buku berjudul 10 bintang penghapal Al-Qur'an (terbitan 2010). Sampai-sampai peraturan-peraturan di rumah mereka disertakan ke dalam buku.
"Dua pertiga keberhasilan pendidikan itu ada di rumah. Keberhasilan adalah hasil integrasi kedua orang tuanya. Tanggung jawab seorang ayah lebih besar dibandingkan dengan ibu. Ketika ada anak yang mencuri, Rasulullah memanggil ayahnya. Dalam Al-Qur'an, ayah favorit adalah Lukman. Tak lupa kisah Ibrahim alahissalam mentarbiyah istri dan anaknya. Sesungguhnya, suami yang membangun visi dan istri yang mengisi kerangka itu."
Pendeknya, ada visioner ada misionaris *bahasanyaa.
Saya ingin seperti mereka; mewujudkan mimpi besar bersama. Meski saat ini masih terus belajar dari keluarga-keluarga teladan. Suatu hari, insyaAllah, keluarga saya menjadi salah satunya.
Hei para calon ayah, mau dibawa kemana keluargamu nanti? Sudah jelaskah peta pencarian berkah Allah di antara langit dan bumi?
Hei para calon ibu, mari bersiap untuk komandan yang telah bersiap.
Sirah Camp Runa
3 months ago
0 komentar:
Post a Comment