"Dek, kok ga pernah kenalin ke aku? Salam ya nanti kalau ketemu!", tanya kakak sepupuku yang lain dilain waktu.
Mamaku hanya senyum-senyum dan menimpali alakadarnya kalau ada yg bertanya hal seperti itu. Khawatir juga nampaknya. Anak bungsunya belum juga punya gandengan pasti. Gosip selalu beredar disekitarku. Aku, Aira Hayyatunnisa, si bungsu yang belum lagi dewasa mulai terbiasa terpapar dengan pertanyaan dunia orang dewasa.
"Mama, aku ga mau pacaran", kataku suatu hari. Wanita paruh baya yang sedang menikmati tontonannya itu menengok ke arahku. Aku duduk merapat sedikit ke hadapannya.
"Mungkin nanti, yang jadi jodoh aku, aku kenal sama dia mungkin juga ngga. Tapi yang jelas aku ga mau pacaran ya, ma"
"Kenapa memang?", sahut Mama.
"Ga jelas, ma.. Iya kalau dia jodohku terus kita nikah. Kalau ngga gimana ma? Aku ga mau begitu. Aku ga mau sakit hati, aku juga ga mau nyakitin hatinya", jelasku sedikit. Mama nampaknya belum bisa menerima.
"Terus kamu bisa tau tentang dirinya gimana? Baik atau ngga? Sekolahnya, keluarganya?"
"Ma, itu kan bisa ditanya langsung ke dia. Mama sama Papa bahkan nanti bisa berinteraksi banyak sama dia. Mama juga bisa langsung tau baik atau ngga-nya. Kata Mama dulu, kalau pacaran kan yang bagus2nya aja yang ditampilin. Ya, kan Ma?". Mama mengangguk. Kukalungkan tanganku dipinggangnya. Kucium takzim pipinya.
"Mama, aku hanya ingin seseorang yang terbaik buatku, buat Mama, Papa dan kakak. Aku percaya kalau menikah bisa kok tanpa harus berlama-lama kenal apalagi pakai pacaran.. Mama jangan khawatir ya.. InsyaAllah.."
bersambung
0 komentar:
Post a Comment